Mewabahnya penyakit difteri dan penyebabnya di 20 provinsi Indonesia baru baru ini menjadi berita yang menggemparkan, sebab penyakit ini seperti bangkit dari kubur yang sudah hampir tidak terdengar kasusnya namun dapat menjadi wabah yang menakutkan. Bahkan ada 11 provinsi sudah mendapat KLB (kejadian luar biasa) dari Kemenkes karena penyakit difteri ini telah menyebabkan 32 korban jiwa.
Infeksi bakteri Corynebacterium Diphtheriae ini menjadi wabah yang sudah lama menghilang di Indonesia. Pada penghujung tahun 2017 yang merupakan musim penghujan ini menjadi pendukung wabah yang sangat cocok bagi bakteri difteri berkembang dan menyebar.
Mengapa penyakit yang sudah lama tidak terdengar ini tiba tiba menjadi wabah baru di Indonesia? Tentu ada penyebab penyebabnya dan faktor faktor tertentu,oleh karena itu mari kita simak bersama sama di bawah ini penjelasannya.
Penyebab Penyakit Difteri Menjadi Wabah di Indonesia Pada Akhir Tahun 2017
Tidak Pernah Mendapat Vaksin atau Imunisasi DPT
Imunisasi DPT untuk anak anak merupakan hal yang wajib dilakukan untuk membentuk antibodi terhadap penyakit difteri, polio, dan tetanus. Nah ternyata baru baru ini diketahui banyak orang tua tidak mau memvaksinasi anaknya karena vaksin tersebut mengandung DNA babi yang dianggap haram oleh agama tertentu.
Pada imunisasi DPT ini merupakan sesuatu yang wajib dilakukan bagi bayi yang berumur 4 bulan sampai 5 tahun, oleh karena itu sebagai orang tua kita harus pro aktif mengikut program imunisasi yang diselenggarakan oleh pemerintah. Selain itu imunisasi ini tidak mengeluarkan biaya yang besar, bahkan ada yang digratiskan jika mengikuti program KMS (kartu menuju sehat) atau BPJS kesehatan.
Imunisasi DPT yang Tidak Lengkap
Vaksinasi atau imunisasi DPT ini juga perlu dilakukan lebih dari sekali sehingga antibodi akan semakin kuat terbentu dan nantinya tubuh akan kebal terhadap infeksi penyakit ini di masa mendatang. Pemberian vaksin ulang ini bertujuan sebagai booster yang wajib diberikan secara lengkap, berikut urutannya:
- Bayi umur 2 bulan imunisasi DPT 1.
- Bayi umur 3 bulan imunisasi DPT 2.
- Bayi umur 4 bulan imunisasi DPT 3.
- Imunisasi DPT 1 dilakukan kembali setelah imunisasi DPT 3 dilakukan setahun sebelumnya.
- Imunisasi DPT 2 dilakukan saat anak berumur 5 tahun.
Pemberian imunisasi DPT yang tidak lengkap atau ada yang kurang menyebabkan antibodi pada anak tidak terbentuk sempurna sehingga masih terancam infeksi bakteri difteri ini.
Kegagalan Dalam Vaksinasi Difteri
Pemberian imunisasi DPT juga dapat mengalami kegagalan karena kualitas vaksin yang sudah tidak 100% atau rusak karena cara penyimpanan yang tidak benar. Selain itu juga cara penyuntikkan yang salah juga dapat menyebabkan kegagalan imunisasi DPT.
Bakteri Difteri Sangat Mudah Menular
Minimnya pengetahuan tentang penyakit difteri belakangan ini juga menyebabkan penanganan yang salah kepada penderitanya sehingga menular ke orang lain. Ketika penderita batuk atau bersin ia melepaskan bakteri difteri ke udara dan dapat menular ke orang lain di sekitarnya, bersentuhan secara langsung juga beresiko besar untuk tertular difteri ini. Baca juga info tentang Tips Menjaga Kesehatan Tubuh Dimusim Hujan
Itulah keempat penyebab penyakit difteri ini menjadi wabah yang baru di Indonesia karena minimnya pengetahuan dan tidak melakukan imunisasi DPT. Oleh karena itu bagi para orang tua kini saatnya melakukan vaksinasi ulang untuk membangun antibodi yang lebih baik terhadap infeksi difteri.
Source : www.healthline.com